“Craak…” mata cangkul Alfros menghantam sesuatu. Ada letikan
api berpijar. Alfros terkejut sekaligus berbunga hatinya. Mimpinya semalam
ternyata bukan hanya bunga tidur.
“Alfros, di tanah persawahan tersimpan sepasang cincin
bertuah. Ambil dan rawatlah bila kau menginginkan sesuatu, gosoklah sepasang
cincin itu. Kau akan mendapatkan sesuatu yang kau impikan, “ begitulah pesan
itu diterima lewat mimpi.
Direngkuhnya sepasang mimpi yang masih berselimut tanah
sawah itu. Lalu dicucinya cincin yang katanya bertuah itu. Cincin itu terlihat
mulai dimakan karat.
Setelah bersih, ditimang-timangnya kedua cincin itu. Seraut
kebimbangan
menghampiri hati Alfros. Tapi rasa penasaran menggodanya. Dia ingin
mencobanya.
“ Hai cincin yang ampuh, hidangkan didepanku ayam panggang, nasi pulen yang hangat, dan
sebotol minuman anggur !” perintah Alfros.
Keajaiban terjadi. Dalam sekejab, telah terhidangkan makanan
dan minuman yang diinginkan. Alfros pun bersorak gembira. Diciumnya sepasang
cincin buruk rupa itu. Lantas dimakannya dengan lahap hidangan yang tersaji di
bawah pohain yang rindang. Makanan terlezat yang pernah masuk ke
tenggorokannya.
Dengan penuh rasa suka cita, Alfros membawa pulang cincin
itu. Kalau memerlukan sesuatu, dia tinggal menggosokkan cincin ajaib itu, dan
permintaannya segera terwujud kemudian.
Sejak saat itulah, kehidupan Alfros berubah drastis. Setiap
pagi dia tak pernah pergi ke sawah. Dia tidak pernah mengurusi ternaknya.
Kambing dan kerbaunya mencari rumput sendiri.
Orang-orang sedesanya saling bertanya dengan perubahan yang
terjadi pada diri Alfros. Dahulu alfros orang petani muda yang rajin. Dalam
panas dan hujan dia tetap pergi ke sawah. Dia tetap mencangkul seperti biasa.
Alfros adalah panutan bagi petani-petani lain. Alfros adalah teladan buat
mereka.
Mereka kecewa dengan perangai Alfros sekarang. Mereka tak
terima kalam Alfros menjadi menjadi malas. Di mata mereka Alfros adalah symbol
petani yang rajin. Bukan orang kaya yang sombong. Kekaguman itu telah berubah
menjadi kejengkelan.
“Alfros, jangan Cuma tiduran saja, kambingmu telah merusak ladang
jagungku !” salah seorang tetangganya memprotes.
“Tenanglah, aku akan menggantinya, “ kata Alfros begitu
keluar rumah. Kemudian dengan angkuhnya, dia melemparkan sekeping emas.
“cukup kan untuk mengganti jagung-jagungmu yang dirusak oleh
kambingku ?” ucapnya dengan ketus.
Tetangga Alfros tersinggung. Dia tak sudi menerima kepingan
emas yang dilemparkan itu. Meski sekeping emas itu lebih dari cukup untuk
mengganti tanaman yang dirusak kambing Afros. Dia pergi meninggalkan Alfros
dengan kemarahan berkecamuk. Dia berjanji pada dirinya untuk tidak menemui
Alfros lagi.
Alfros kini memang hidup serba berkecukupan dengan apa yang
dipunyainya. Dia tak perlu lagi mencangkul di siang yang terik. Ia tak perlu
lagi berpanas-panas bergelut lumpur di sawah untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya. Mencarikan rumput buat ternaknya pun sudah ditinggalkan.
Rumah Alfros sekarang berdiri dengan megah. Rumah yang
paling indah di desanya. Pakainnya pun terbuat dari sutera yang halus.
Makanannya serba enak. Minumannya juga mirip seorang raja. Kini Alfros lebih
banyak bersantai di rumahnya. Dia banyak berbaring di atas ranjang yang
berhiaskan emas.
Namun lama kelamaan Alfros merasa kesepian. Sebab, tak ada
lagi orang yang memperhatikannya apalagi menegurnya. Tak ada yang menyapannya.
Orang tak sudi lagi berbicara kepadanya. Alfros mulai merasa bahwa dia terasing
di lingkungannya.
Alfros pun kini sering sakit-sakitan karena terlalu banyak
memakan makanan yang enak namun tubuhnya kurang gerak. Alfros lebih merana lagi
karena dalam sakitnya orang-orang tak ada yang menengoknya. Alfros sangat
menderita.
Alfros akhirnya menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya.
Cincin itu telah membuat dirinya lupa diri. Dia sendirilah yang membuat dirinya
terasing. Ternyata hidup berkecukupan tanpa perhatian orang lain tidaklah
membahagiakan. Dia ingin kembali seperti Alfros yang dulu saja.
Maka pada suatu malam, Alfros mengambil cangkuldan mengubur
kembali sepasang cincin ajaib tersebut. Dia ingin bergaul dengan tetangganya
lagi. Dia ingin kembali menjadi petani yang rajin
No comments:
Post a Comment